LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD)
December 08, 2017
By
Ners Musta
LAPORAN PENDAHULUAN
0
komentar
A.
PENGERTIAN
DBD adalah suatu infeksi arbovirus akut
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini
sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot
dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (
DHF ).
B.
ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain
seperti yellow fever, japanese encehphalitis dan west nille virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada
hewan mamalia seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei
epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibodi terhadap virus dengue pada
hewan kuda, sapi dan babi.Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue
dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes ( stegomyia ) dan toxorhynchites.
C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
1.
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
4.
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt ) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D.
TANDA DAN GEJALA
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan
derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :
1.
Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan
reaksi perabaan.
2.
Asites
3.
Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
4.
Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
E.
PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena
kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat
penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.
Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler
ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai
akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia
jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan
hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan
proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.
F.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
1.
Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
2.
Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
3.
Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
4.
Isolasi virus
5.
Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
6.
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang
kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ),
Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
G.
PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus
dengue :
1. Panas 1-2
hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau
kejang-kejang.
2. Panas 3-5
hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif,
kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
3. Panas
disertai perdarahan
4. Panas
disertai renjatan.
Belum atau tanpa renjatan:
1.
Grade I dan II :
a.
Oral ad libitum atau
b.
Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg
BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya
dan sesering mungkin. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya
jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
·
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
·
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
·
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
·
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
·
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi
lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan
Renjatan:
2.
Grade III
a.
Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer
Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut
dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24
jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam
dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan
cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
·
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
·
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30
Kg.
·
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
·
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b.
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg
BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan
dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi
cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c.
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer
Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur
kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10
Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam.
H. Pengkajian
1
Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
2
Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.
3
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual,
dan nafsu makan menurun.
4 Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang
lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7 Riwayat Tumbuh Kembang
8
Pengkajian Per Sistem
a . Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan
melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b . Sistem
Persyarafan
Pada grade
III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi
DSS
c . Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I
dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur.
d .Sistem Pencernaan
Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e .Sistem
perkemihan
Produksi
urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6 Sistem Integumen.
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
I. Diagnosa
Keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
2.
Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya
ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
3.
Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4.
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat
akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5.
Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan
factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )
6.
Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang
memburuk dan perdaahan
7.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya
informasi.
J. Rencana
Asuhan Keperawatan.
DP :
Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara
36 – 37
Nyeri
otot hilang
Intervensi :
a.
Beri komres air bersih
Rasional : Kompres hangat akan terjadi pemindahan
panas secara konduksi
b.
Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
c.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d.
Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi,
tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e.
Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian
obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh
pasien.
DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang
Vital
sign dalam batas normal
Tidak
ada tanda presyok
Akral
hangat
Capilarry
refill < 3 detik
Intervensi :
a.
Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan intravaskuler
b.
Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c.
Observasi intake dan output. Catat warna urine /
konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan
peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d.
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai
toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh
peroral
e.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk
mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP. 3 Resiko
Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a.
Monitor keadaan umum pasien
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok
b.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital
sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
c.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan,
dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
d.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e.
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DP. 4 Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan
berat badan yang seimbang.
Intervensi :
f.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi
a.
Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas
kekurangan konsumsi makanan
b.
Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi
efektifitas intervensi.
c.
Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan
diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan
dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
d.
Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan
peroral
e.
Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP. 5.
Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler,
pulsasi
kuat
Tidak
ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit
meningkat
Intervensi :
a.
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda
klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda
klinis seperti epistaksis, ptike.
b.
Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari,
dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
c.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
d.
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk
melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat
membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
e.
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang
lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih
lanjut.
0 komentar: