LAPORAN PENDAHULUA HIPERBILIRUBINEMIA/ICTERUS (ASKEP)
December 11, 2017
By
Ners Musta
LAPORAN PENDAHULUAN
0
komentar
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA/ICTERUS
A.
Pengertian :
1.
Terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang ditandai dengan adanya joundice or icterus.
2.
Keadaan klinis dimana
ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen
empedu.
B.
Insidentil :
1.
Biasa ditemukan pada bayi baru
lahir à minggu I
2.
Kejadian ikterus à 60 % bayi cukup bulan & 80 % à kurang bulan
Perhatian
utama à ikterus pada 24 jam pertama
& bila kadar bilirubin >
5mg/dl dalam 24 jam.
3.
Keadaan yang menunjukkan
ikterus patologik :
-
Proses hemolisis darah
-
Infeksi berat
-
Ikterus > 1 mgg serta
bilirubin diketiak > 1 mgg / dl.
C. BATASAN-BATASAN IKTERUS
1.
Ikterus Fisiologis
Ikterus
pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Hanifa,
1987):
·
Timbul pada hari kedua-ketiga
·
Kadar Biluirubin Indirek
setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg %
pada kurang bulan.
·
Kecepatan peningkatan kadar
Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
·
Kadar Bilirubin direk kurang
dari 1 mg %
·
Ikterus hilang pada 10 hari
pertama
·
Tidak terbukti mempunyai
hubungan dengan keadan patologis tertentu
2.
Ikterus
Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah
suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar
Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3.
Kern Ikterus
Adalah
suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus
Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus
IV.
D.
Etiologi :
1.
Hemolisis akibat
inkompatibilitas golongan darah A,B,O atau defisiensi enzim G6PD.
2.
Perdarahan tertutup.
3.
Inkompatibilitas golongan darah
Rh.
4.
Infeksi à utama terjadi pada penderita sepsis & gastroenteritis.
5.
Hipoksia / anoksia.
6.
Dehidrasi.
7.
Asidosis.
8.
Polisitemia.
9.
Physiologik ( perkembangan ) /
faktor prematur
10.
Menyusui / ASI.
11.
Kelebihan produksi bilirubin
(seperti penyakit hemolytik, kerusakan biochemikal).
12.
Gangguan kapasitas sekresi
konyungasi bilirubin dalam hati (seperti : defisiensi Enzyme, Obisitas, duktus
empedu).
13.
Beberapa penyakit (seperti :
hypotiroidism, galaktosemia, diabetes ibu / bayi).
14.
Faktor genetik.
15.
Peningkatan produksi :
·
Hemolisis, misal pada
Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan
Rhesus dan ABO.
·
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
·
Ikatan Bilirubin dengan protein
terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
·
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6
Phospat Dehidrogenase.
·
Ikterus ASI yang disebabkan
oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
·
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
·
Kelainan kongenital (Rotor
Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
16.
Gangguan transportasi akibat
penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu
misalnya Sulfadiasine.
17.
Gangguan fungsi Hati yang
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksion yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah
merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
18.
Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
19.
Peningkatan sirkulasi
Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
E.
Metabolisme Bilirubin
Segera setelah
lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam
lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut
dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari
besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin
(Albumin binding site).
Pada bayi yang
normal dan sehat serta cukup bulan,
hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai
sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.
UNTUK PATHWAY SILAHKAN KOMEN ATAU ADD FACEBOOK ATAU IG KAMI LALAU KONTAK KAMI, KARNA ADA GANGGUAN SAAT MENGUPLOAD PATHWAT JADI KAMI TIDAK BISA MENGPUBLIKASIKAN NYA TERIMAKASI.
G.
Fototherapi
Fototherapi
dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang
tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum)
akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin
dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin
kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil
Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine.
Fototherapi
mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak
dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum
Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan
konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
B.
Penatalaksanaan
Tujuan
Utama : Mengendalikan kadar billirubin serum tidak mencapai nilai à kernikterus/ensefalopati biliaris.
Dengan cara merangsang
terbentuk glukoronil transferase à pemberian obat luminal.
Untuk menghambat
metabolisme billirubin:
-
Pemberian substrat.
-
Pemberian
kolesteramin (mengurangi sirkulasi enterohepatik).
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
2.
Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
3.
Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,
refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.
4.
Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
5.
Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
2. DIAGNOSA, TUJUAN , DAN INTERVENSI
1.
Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus
adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan
kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara
menyusui atau memberi botol.
2.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek
fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi
dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan
yang netral, pertahankan suhu antara 35,5° - 37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia
dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat
dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8
jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase
daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
4.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi
menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak
mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk
disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu,
anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua dalam
perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.
5.
Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada
bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang
perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikan pada tim
kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab
dari kuning, proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai
cara perawatan bayi dirumah.
6.
Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang
tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan
neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong
ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata
tida menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji
adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak
bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7.
Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat
dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat
kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan
NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum
tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta
darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital;
selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati adanya
ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan
laboratorium sesuai program.
Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan
dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti
rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua
dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama
perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu
dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea
(warley &Wong, 1994):
1.
Anjurkan ibu
mengungkapkan/melaporkan bila bayi
mengalami gangguan-gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis,
nafsu menyusui menurun.
2.
Anjurkan ibu untuk menggunakan
alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu.
3.
Memberikan penjelasan tentang
prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar bilirubin bayi.
4.
Menasehatkan pada ibu untuk
mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan bilirubin.
5.
Mengajarkan tentang perawatan
kulit :
·
Memandikan dengan sabun yang
lembut dan air hangat.
·
Siapkan alat untuk membersihkan
mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak.
·
Gunakan pelembab kulit setelah
dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
·
Hindari pakaian bayi yang
menggunakan perekat di kulit.
·
Hindari penggunaan bedak pada
lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet karena gesekan
·
Melihat faktor resiko yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan .
·
Bebaskan kulit dari alat tenun
yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
·
Melakukan pengkajian yang ketat
tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
:
1.
Cara memandikan bayi dengan air
hangat (37 -38 ° celsius)
2.
Perawatan tali pusat /
umbilikus
3.
Mengganti popok dan pakaian
bayi
4.
Menangis merupakan suatu
komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru
5.
Temperatur / suhu
6.
Pernapasan
7.
Cara menyusui
8.
Eliminasi
9.
Perawatan sirkumsisi
10.
Imunisasi
11.
Tanda-tanda dan gejala
penyakit, misalnya :
·
letargi ( bayi sulit
dibangunkan )
·
demam ( suhu > 37 ° celsius)
·
muntah (sebagian besar atau
seluruh makanan sebanyak 2 x)
·
diare ( lebih dari 3 x)
·
tidak ada nafsu makan.
12.
Keamanan
·
Mencegah bayi dari trauma
seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi
/ balita.
·
Mencegah benda panas, listrik,
dan lainnya
·
Menjaga keamanan bayi selama
perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya.
·
Pengawasan yang ketat terhadap
bayi oleh saudara - saudaranya.
Daftar Kepustakaan
Bobak and Jansen (1984), Etential of
Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Hawkins, J.W. and Gorsine, B. (1985), Post
Partum Nursing, New York: Springen
Nelson J.P. and May, K.A.(1986),
Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity
Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
0 komentar: