LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR
January 01, 2018
By
Ners Musta
LAPORAN PENDAHULUAN
0
komentar
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan
Teori
1.1.1.Pengertian
Neonatus merupakan masa bayi baru
lahir sampai usia 28 hari (wewenang maternitas adalah 0-40 hari). Periode
neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal
bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan.( Mary Hamilton,
1995 : 217 )
1.1.2.Fisiologi
- Respirasi
Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi.
Pada saat intarauterin, paru-paru berisi ± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan
tersebut digantikan dengan udara. Dengan kelahiran pervaginam, cairan tersebut
dikeluarkan melalui trakea dan paru-paru. Nafas yang pertama merupakan reflek
dari perubahan tekanan, perubahan suhu, suara dan sensasi fisik pada saat
kelahiran dengan permukaan yang relative kasar. Disisi lain, kemoreseptor di
aorta berespon terhadap penurunan PO2 (dari 80 mmHg ke 15 mmHg), peningkatan
CO2 (dari 40 mmHg ke 70 mmHg) dan penurunan pH arteri. Depresi
pernafasan tersebut terjadi karena terputusnya tali pusat. Nafas pertama
bersifat dangkal dan tidak teratur ± 30-60 x/menit disertai periode apnea
pendek (<15 3="" adalah="" baru="" bayi="" bernafas="" cyanosis="" digunakan="" dimiliki="" hidung.="" itu="" jika="" karena="" kemampuan="" lahir="" lebih="" melalui="" membuka="" mengalami="" menyukai="" minggu="" mudah="" mulut="" o:p="" obstruksi="" oleh="" pembuntuan="" reflek="" saat="" setelah="" tersebut="" tetapi="" usia="" yang="">15>
- Sirkulasi
System sirkulasi mengalami perubahan saat lahir,
foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri dan vena
umbilical serta arteri hepatica menjadi ligament. Tekanan arteri pulmonal
menurun menyebabkan penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran darah
yang kembali kesisi kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri. Perubahan
tekanan ini menyebabkan penutupan foramen ovale. Selama beberapa hari, menangis
menyebabkan pengembalian aliran darah melalui foramen ovale dan menyebabkan
cyanosis. Saat level PO2 arteri mendekati 50 mmHg, duktus arteriosus menutup
kemudian duktus tersebut menjadi ligament.
Dengan
pematangan tali pusat, arteri dan vena umbilical serta duktus venosus menutup
cepat dan menjadi ligament.
- Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk
menstabilkan fungsi pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi
bersifat homeothemic yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal
dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang
berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan. Termogenesis pada bayi
dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan aktifitas metabolisme otak, jantung
dan liver. Brown fat terletak pada antara kedua scapula dan axila, serta
didalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa.
- Hematologi
Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5
g/dl, tetapi merupakan HbF yaitu Hb yang usianya lebih pendek dari orang dewasa
(40-90 hari). Dengan simpanan Fe selama dalam kandungan, bayi akan membuat Hb
yang baru. Simpanan Fe dapat dipertahankan sampai usia 5 bulan.
- Sistem Renal
Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah
terbentuk dan sudah bisa memproduksi urine. Urin akan dikeluarkan kedalam
cairan amnion. Fungsi renal seperti orang dewasa baru bisa dipenuhi saat bayi
berusia 2 bulan. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian
tidak BAK selam 12-24 jam, kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin
berwarna kuning, berjumlah 15-60 cc/KgBB.
- Gastrointestinal
Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah
serta menyerap protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak sederhana.
Bayi yang hidrasinya baik, mukosa mulutnya basah, merah muda. Setelah lahir ada
sedikit mucus yang tersisa dimulut bayi.
- Sistem Hepatika
Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan.
Liver dapat diraba pada bayi baru lahir 1 cm dibawah costa kanan karena liver
memenuhi ± 40 % kavitas abdomen. 50 % bayi aterm mengalami hyperbilirubinemia
yang fisiologis sebagai akibat dari frekuensi produksi bilirubin yang tinggi dari
pemecahan RBC yang lebih banyak dari dewasa, selain itu ada sejumlah bilirubin
yang diserap kembali dari usus halus.
- Sistem Imunologi
System imunologi pada bayi baru berkembang pada fase
awal ekstrauterin dan belum aktif sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga
bulan pertama, bayi dilindungi oleh imunitas pasif dari ibu.
- Sistem integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju,
menutupi bayi saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix
caseosa akan diabsorsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu
dibersihkan.
- Sistem Reproduksi
Perempuan :
- Ovarium sudah
berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan
didikuti dengan penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya
pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.
- Genetalia eksterna edema dan
hiperpigmentasi.
- Labia mayor dan minor sudah menutupi
vestibulum.
- Vernix
caseosa terdapat dikedua labia.
Laki-laki :
- Testis sudah
turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
- Spermatogenesis
belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
- Sering
terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa sembuh
sendiri.
- System Muskuloskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala
mempunyai panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang
sedikit dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat
penyesuaian dengan jalan lahir disebut molding.
1.1.3
Penanganan bayi baru lahir
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :
1.
Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah
dilahirkan. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkkan bayi
pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong
kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3)
Bersihkan
rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.
4)
Tepuk kedua
telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering
dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera menangis.
5)
Kekurangan zat
asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Oleh karena itu
segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir. Observasi warna kulit,
adanya meconium dalam hidung atau mulut.
6)
Bantuan untuk
memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.
7)
Dokter atau
tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1 menit bayi tidak menangis.
2. Memotong dan
merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau
sesudah plasenta lahir tidak menentukan dan mempengaruhi bayi, kecuali bayi
kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis maka tali pusat segera dipotong
untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5
cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat
steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 % atau povidon iodin 10 % serta
dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap basah
atau kotor. Sebelum memotong tali pusat . pastikan bahwa tali pusat sudah
diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3.
Mempertahankan
suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum
mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi
merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya stabil. Suhu tubuh bayi harus dicatat.
4.
Memberikan
vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan
peroral 1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
5. Memberikan obat
tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes
mata atau salep mata setelah 5 jam bayi lahir untuk mencegah terjadinya
penyakit mata karena klamidia. Tetes atau salep mata yang
diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %.
6. Identifikasi
bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir
harus selalu tersedia ditempat penerimaan pasien. Kamar bersalin dan ruang
rawat bayi. Peralatan yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus
dan tidak melukai, tidak mudah robek dan tidak mudah lepas. Pada gelang
atau alat identifikasi harus tercantum :
1)
Nama ( bayi,
nyonya )
2)
Tanggal lahir.
3)
Nomor bayi.
4)
Jenis kelamin.
5)
Unit.
6)
Nama lengkap
ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal
lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
7. Mencegah
terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali
pusat yang aseptik dan antiseptik. Pemberian tetes atau salep mata untuk
mencegah infeksi pada mata.
1.1.4
Pemantauan bayi baru lahir.
Bayi baru lahir dilakukan untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian. Yang perlu dipantau pada bayi baru
lahir adalah :
1.
Suhu badan dan
lingkungan.
Suhu badan bayi perlu diukur dan dicatat secara teratur untuk mengetahui
adanya peningkatan suhu tubuh sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang
tepat dan cepat.
2.
Tanda – tanda
vital.
1)
Suhu tubuh bayi
diukur melalui ketiak atau dubur bayi.
2)
Nadi dapat
dipantau di semua titik – titik nadi perifer.
3)
Pernafasan yang
normal pada bayi baru lahir adalah perut dan dada bergerak bersamaan tanpa
adanya retraksi, tanpa terdengar adanya suara pada waktu inspirasi maupun
ekspirasi. Gerak pernafasan 30 – 50 kali permenit.
4)
Tekanan darah
dipantau bila ada indikasi.
3. Mandi dan
perawatan kulit.
Dalam keadaan
normal kulit bayi baru lahir adalah kemerahan dan terjadi pengelupasan ringan.
Mandi pada bayi baru lahir sangat diperlukan untuk merawat kebersihan kulit dan
menjaga kelembaban kulit dan suhu tubuh.
4. Pakaian.
Pakaian pada bayi dapat menjaga kehangatan suhu tubuh
bayi. Sehingga bayi tidak jatuh pada keadaan hipotermia. Pakaian juga dapat
melindungi kulit bayi dari resiko cidera/ tergores.
5. Perawatan tali
pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan secara aseptik dan
antiseptik untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat.
1.1.5
Pohon Masalah ( Web Of Caustion )
1.1.6
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir (Depkes, 2002)
1. Evaporasi
Adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. setelah lahir
karena bayi tida langsung dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, miasal bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur
atau timbangan yang dingin cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayiterpapar dengan udara disekitar
yang telah dingin, bayi yang dilahirkan di ruangan yang dingin cepat mengalmi
kehilingan panas. Kehilangan panas terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran
udara atau penyejuk ruangan.
4. Radiasi
Adalah kehilangan pnas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat berada yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui car ini. Benda yang lebih dingin
tersebut tidak bersentuhan langsung dengan panas bayi
1.1.7
Penilaian bayi untuk tanda – tanda kegawatan.
Semua bayi baru lahir harus dinilai
adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.
1.
Bayi baru lahir
dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda – tanda
berikut :
1)
Sesak nafas.
2)
Frekuensi
pernafasan 60 X/mnt.
3)
Gerak retraksi
dada.
4)
Malas minum.
5)
Panas atau suhu
badan bayi rendah.
6)
Bayi kurang
aktif.
7)
Berat lahir
rendah ( 1500 – 2500 gram ).
2. Tanda – tanda
bayi sakit berat.
Apabila
terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini :
1)
Sulit minum.
2)
Sianosis
sentral ( lidah biru ).
3)
Perut kembung.
4)
Periode apneu.
5)
Kejang /
periode kejang – kejang kecil.
6)
Merintih.
7) Perdarahan.
8)
Sangat kuning.
9)
Berat badan
lahir < 1500 gram.
1.1.8
Komplikasi yang sering
terjadi pada bayi baru lahir.
1.
Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan
icterus antara
Hari ke 2 dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang
ditimbulkan oleh hyperbilirubinaemia yang disebabkan oleh :
1) Penghancuran
erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk
mengimbangi kadar O2 yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak
diperlukan sedemikian banyak erythrocyt
2) Hati bayi
belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I menjadi bilirubin
II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan lebih lama lagi karena
faal hati masih sangat kurang.
2. Kehilangan
Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan
hampir tidak kemasukan cairan ( Asi belum lancar ). Sedangkan bayi mengeluarkan
faeces, urine dan peluh dengan cukup banyak maka BB bayi turun.
Kehilangan BB tidak boleh lebih dari 10%.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bayi dsapat dilakukan segera setelah
status kardiovaskuler aman dan secara berkala.
1. Penampilan
umum
1) BB 2500-4000
gram, akan
berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %, biasanya akan naik kembali
setelah hari ke 8-12.
2) PB 46-56 cm.
3) Suhu
36,5-37,5 0C.
2. Kepala
1) Ukur :
lingkar kepala
2) Periksa
adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan posterior.
3) Periksa
bentuk telinga.
4) Simetris
tidaknya wajah.
5) Periksa mata
: bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya perdarahan.
6) Periksa mulut :
bibir, palatum, lidah, gigi.
7) Periksa
hidung : septum, simetris atau tidak.
8) Periksa
leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik, Pergerakan otot.
3. Kulit
1) Vernix
caseosa
2) Lanugo
terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
3) Warna kulit
(biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan semakin merah jika
bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi, kering.
4) Pembesaran
payudara.
5) Bercak meconium
pada kulit, tali pusat, kuku jari.
6) Cairan
amnion, bau.
7) Cari adanya
jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan lebih jelas.
4. Dada
1) Diameter
anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa (diameter diukur sedikit
diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
2) Pembesaran
payudara, witch’s milk.
3) Palpasi/auskultasi
PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan murmur.
4) Karakteristik
respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada, frekuensi 30-60
x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit penuh), periode apnea.
5. Abdomen
1) Bentuk :
simetris/tidak
2) Bising usus
: ada/ tidak
3) Kelainan :
cekung/cembung
4) Tali Pusat,
pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
6. Neurologik
1) Tonus otot.
2) Reflek :
moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek, rooting
reflek, sucking reflek.
7. Kelamin
1)
Bayi perempuan
, labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
2)
Bayi laki-laki,
scrotum, testis, penis, kelainan.
8. Punggung
Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus
ditengkurapkan )
9. Ektremitas
1) Kelengkapan
jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
2) Bentuk
ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan gerakannya dengan
menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.
1.2.2 Penilaian APGAR Score
APGAR
|
Pemeriksaan
|
0
|
1
|
2
|
Appearance/warna kulit
|
Inspeksi
|
Biru/pucat seluruh tubuh
|
Badan merah, ekstremitas biru
|
Semua merah
|
Pulse/denyut jantung
|
Auskultasi jantung
|
Tidak terdengar
|
< 100 x/menit
|
> 100 x/menit
|
Grimace/ reflek iritabily
|
Menghisap atau rangsang lain
|
Tidak ada respon
|
Menyeringai
|
Menangis keras
|
Activity/ tonus otot
|
Inspeksi
|
Lemah
|
Fleksi ekstremitas
|
Gerak aktif
|
Respiration/pernafasan
|
Inspeksi
|
Tidak ada gerakan pernafasan
|
Menangis lemah atau merintih
|
Gerakan pernafasan kuat/ menangis
kuat
|
Total score :
0-3 : asfiksia berat
4-6
: asfiksia sedang
7-10
: asfiksia ringan
1.2.3
Periode trasisional pada neonatus :
1. Periode I : reaktivitas
( 30 menit pertama setelah lahir ).Bayi terjaga dengan :
1) Buka mata
2) Memberikan respon terhadap stimulus
3) Mengisap dengan penuh semangat dan
menangis
4) RR 82 x/ mnt.
5) Denyut jantung sampai 180 x/mnt
6) Bising usus aktif
7) Restfulness mengikuti fase awal
reaktivitas dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Kemudian suhu tubuh,
pernafasan, nadi menurun.
2. Periode II :
reaktivitas ( berlangsung 2 sampai 5 jam )
Bayi bangun dari tidur yang nyenyak :
1)
Denyut jantung
dan kecepatan pernafasan meningkat
2)
Reflek gag aktif
3)
Mungkin mengeluarkan meconium & urine
4)
Menghisap
5)
Lendir pernafasan berkurang.
3. Periode III
: stabilisasi ( 12 sampai 24 jam setelah lahir )
Bayi lebih mudah tidur dan terbangun
1)
Tanda-tanda vital stabil
2)
Kulit berwarna
kemerahan dan hangat.
1.2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi
berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi :
1) Kaji adanya bau
atau cairan pada tali pusat
R : Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya
infeksi
2) Lakukan
perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R : Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda
tali pusat
3) Ganti nouvel
gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R : Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya
infeksi
4) Kaji adanya
tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitar tali
pusat.
R : Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat
dapat menunjukkan adanya infeksi
5) Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R : mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
6) Jaga
lingkungan tetap bersih
R : Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
2. Risti hipotermi
berhubungan dengan perubahan suhu
Tujuan : hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi :
1) Segera bungkus
bayi dengan selimut kering.
R : Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
2) Observasi suhu
bayi tiap 4jam
R : Deteksi dini bila terjadi hipotermi
3) Jaga lingkungan
tetap hangat dan kering
R : Mencegah penguapan suhu
4) Dekatkan
bayi dengan ibu sesering mungkin
R : Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat
3. Jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus
Tujuan : pola nafas efektif
Intervensi :
1)
Bersihkan muka
dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera setelah kepala bayi
lahir.
R : Mengurangi resiko
terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan jalan nafas bayi.
2)
Hisap lendir
dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi mulut atau hidung.
R : Membersihkan jalan
nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi dengan pola nafas yang
efektif.
3)
Miringkan bayi
kekanan untuk mencegah regurgitasi
R : Mencehah terjadinya
aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal nafas pada bayi.
4)
Bersihkan jalan nafas
R : Membebaskan jalan
nafas bayi.
5)
Pertahankan suplai oksigen adekuat
R : Memeuhi kebutuhan
oksigen yang diperlukan bayi.
1.3 Evaluasi
1.
Tidak terjadi
infeksi pada tali pusat
2.
Hipotermi tidak menjadi actual
3.
Pola nafas efektif
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan
Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta
0 komentar: